Sabtu, 30 April 2011

KEHAMILAN USIA REMAJA

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang berlangsung pada usia 11-18 tahun.  Angka kejadian kehamilan pada usia remaja cukup tinggi dan kini bahkan cenderung meningkat. Di Amerika Serikat (NHCS, 1985), ada sekitar 1 juta remaja hamil setiap tahun (dua per tiga, atau sekitar 60% hamil dluar nikah). Sekitar  400ribu orang hamil pada usia kurang dari 18 tahun, 30 ribu lainnya sebelum berumur 15 tahun. Celakanya, 79% dari mereka baru beberapa kali (bahkan ada yang baru sekali) mengalami haid.

Kehamilan remaja terkait erat dengan ketegesaan para belia mempraktikan hubungan (ekstramarital) seksual. Sekitar 1,4 juta (30%) remaja wanita (National Fertility Survey, 1989) yang berusia antara 15- 19 tahun telah melakukan hubungan seksual  yang menyebabkan kehamilan. Sekitar 57% dari kehamilan ini tidak terencana , kemudian dituntaskan melalui pengguguran sebanyak 40 %. Sekitar 200ribu kasus (99% berlangsung di Negara yang sedang berkembang ) menjalani proses aborsi gelap yang ditangani oleh tenaga tidak terlatih sehingga risiko kematian meningkat menjadi 100-500 kali. Sementara sisanya melahirkan dengan seksio sesarea (NCHS, 1985).

Kehamilan yang terjadi pada usia remaja bukan hanya bermasalah karena kematangan fisik dan psikis belum sempurna, tetapi juga karena pendidikan rendah, sosialisasi kurang, konflik keluarga (termasuk mertua), kecemasan, dan lenyapnya sumber keuangan (terutama mereka yang lari dari rumah).

Wanita yang mulai hamil ketika kondisi gizinya buruk beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebesar 2-3 kali lebih besar disbanding mereka yang berstatus gizi baik, dan kemungkinan bayi mati sebesar 1,5 kali (NCHS, 1986).

 sumber: Arisman, MB. Ilmu gizi dalam daur kehidupan

  

FORMAT DESAIN PAMERAN

1.      Tema                           : Pangan Fungsional
2.      Judul                           : Camilan Sehat “Agar Dadih”
3.      Tujuan                         :
a.       Tujuan Umum       : Agar pengunjung mau mengkonsumsi dadih
b.      Tujuan Khusus      : 1. Agar pengunjung mengetahui tentang pembuatan agar dadih
              2. Agar pengunjung semakin tertarik dengan dadih
4.      Sifat Pameran              :
a.       Tingkat pameran: lokal
b.      Jenis pameran: vertikal
5.      Materi pameran           :
a.       Utama                   : benda sebenarnya
a.       Penunjang             : Leaflet
Dadih atau Dadiah merupakan makanan tradisional Minangkabau. Dadih dibuat daripada susu sapi seperti yoghurt yang diperam dalam bekas buluh (atau sebarang bekas) yang tertutup (atau ditutup dengan daun pisang). Dadih sering kali dimakan untuk sarapan pagi, kadangkala dimakan dengan emping (beras krispies traditional) dan gula jawa. Dadih juga sedap dimakan dengan nasi panas dan sambal.
Dadih mengandung zat aktif bakteri asam laktat yang bersifat probiotik, mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan saluran pencernaan. Prebiotik adalah sejenis karbohidrat rantai panjang yang tidak dapat diserap dalam saluran pencernaan ternyata mempunyai fungsi untuk memberi konstribusi atas keberadaan probiotik dalam saluran pencernaan.

BUAT SAHABAT- SAHABATKU

Buat sahabat- sahabtku, Resti dan Geby yang kusayangi…
Dulu kita pernah tak percaya bahwa persahabatan akan susut dimakan waktu,
persahabatan akan tidak harmonis antara kita bertiga,
akan ada perpecahan jika antara aku dan dia atau kamu dan dia terjadi kesalahpahaman
Asing rasanya menyebut aku, dia, mereka
Tapi kita adalah kami
Ya, kita dulu selalu bersama
Tapi kini kita dipaksa oleh waktu untuk suatu pencapaian hidup yang tak bisa dielakkan
Andai kita bisa meminta untuk seiring bersama, mungkin perasaan ini tak ada
Tapi jika kita selalu bersama, pasti tak ada masalah ini yang akan menguji kita
Jadikan masalah sebagai teguran bagi kita
Rasanya ingin merangkul kalian saat ini
Dan katakan, “maafkan aku”
Ini bukan masalah aku dan dia, atau kamu dan dia
Tapi masalah kita
Kata maaf tak akan cukup buat kita
Dulu kita membayangkan bagaimana indahnya masa depan
Tapi jika hari ini saja kita seperti ini, bayangkan apa yang terjadi lima tahun kedepan
Jangan biarkan emosi memperbudak kita
Katakan pada emosi, “kamilah yang akan memperbudak mu!”
“kami tidak akan menangis atasmu”
Mencari teman mudah, dipertemukan dengan sahabat sejati adalah anugerah
Jangan katakan “mengertilah dengan aku”, tapi katakanlah “aku akan mengerti kalian”
                (Padang, 13 Oktober 2010, 18.04 WIB)

TEORI PEMBENTUKAN HARGA

 Latar Belakang
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pemasaran karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan produk baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi/ perusahaan.
Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal. Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan harga faktor produksi tersebut.

 Pengertian Harga
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.

Tujuan Penetapan Harga
Adapun tujuan pembentukan harga adalah sebagai berikut:
1.      Mendapatkan keuntungan sebesar- besarnya
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal.
2.      Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan.
 Contoh : untuk gaji/upah karyawan, untuk bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lain sebagainya.
3.      Menggapai ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi.
4.      Menguasai Pangsa Pasar
Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di pasaran.
5.      Mempertahankan status quo
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.

Teori Pembentukan Harga
1.      Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach)
Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
2.      Pendekatan Biaya (cost oriented approach)
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis.
3.      Pendekatan Pasar (market approach)
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain

Harga dan Pasar
Dalam pengertian yang sederhana atau sempit pasar adalah tempat terjadinya transaksi jual beli (penjualan dan pembelian) yang dilakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.
Definisi pasar secara luas menurut W.J. Stanton adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serta kemauan untuk membelanjakannya.
Peranan alokasi dari harga yaitu membantu pembeli memutuskan cara memperoleh utilitas maksimal sesuai daya belinya.
Peranan informasi dari harga,dapat menunjukkan pada konsumen mengenai faktor- faktor produk, misalnya kualitas.
Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau jasa dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah pihak yang bertransaksi.
Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal.
 Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan harga faktor produksi tersebut.

Kebijakan Harga dan Perdagangan
Penentu kebijakan harga:
Internal:
1.      tujuan pemasaran perusahaan
2.      strategi bauran pemasaran
3.      biaya
4.       manajemen organisasi
5.       product lifecycle


Eksternal:
1.      sifat pasar dan permintaan ~ kepekaannya
2.      persaingan
3.      unsur lingkungan eksternal lainnya

Tolak ukur keberhasilan harga:
1.      signifikasi peningkatan sales dari kontribusi kesesuaian harga
2.      laba meningkat
3.      pertumbuhan permintaan riil dan potensial
4.      positioning produk makin mantap

Pemasaran dan Peranan Pemerintah
Menurut WY. Stanton Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. (Fundamental of marketing, 1997)
Menurut H. Nystrom Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.
Menurut Philip dan Duncan Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen. (pemasaran, 2001)
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Merketing Association Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Menurut Organisasi.Org Marketing atau Pemasaran adalah suatu perpaduan dari aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan untuk mengetahui kebutuhan konsumen serta mengembangkan promosi, distribusi, pelayanan dan harga agar kebutuhan konsumen dapat terpuaskan dengan baik pada tingkat keuntungan tertentu.
Dengan adanya pemasaran, konsumen tidak perlu lagi memenuhi kebutuhan pribadi secara sendiri-sendiri dengan melakukan pertukaran antara konsumen dengan pelaku pemasaran sehingga akan ada banyak waktu konsumen untuk kegiatan yang dikuasai atau disukai.
Menurut Kotler Pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. (manajemen pemasaran 2000)
Menurut Badroni Yuzirman (TDA Community) pemasaran adalah bagaimana merayu agar prospek tahu, tertarik dan membeli produk/jasa kita sesring dan sebanyak mungkin dan merekomendasikannya kepada prospek lain.
Menurut Annissa Wardani (TDA Community) Pemasaran adalah selalu berusaha mengetahui apa yang konsumen inginkan (dan butuhkan), kemudian membuat produk dan mempersuasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen produk tersebut, untuk membuat konsumen tertarik dan membeli produk kita.
George E. Belch dan Michael A. Belch, dalam buku Advertising & Promotion: an IMC Perspective, 2007:8 mengemukakan definisi konsep pemasaran sebagai fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk kreasi, komunikasi dan penyampaian nilai kepada para pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan yang memberikan manfaat bagi organisasi dan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang memiliki hubungan erat dengan organisasi.
Menurut Alex S Nitisemito dalam buku Marketing, 1984 pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Kebijakan pemerintah dan intervensi harus menangani lebih dari tujuan perdagangan "rasionalisasi", yang sering terjadi dalam upaya untuk membuat praktik pemasaran sesuai mekanik ke model modern. Pemasaran intervensi harus mempertimbangkan kemampuan terbukti dari jaringan pemasaran.
Kebijakan harus ditujukan untuk bekerja dengan sistem yang ada, bukan menggantikannya.
 Pemerintah mencoba untuk menggantikan sistem pasar bebas sering menaikkan biaya pemasaran, dengan demikian menyakiti konsumen, distorsi alokasi sumber daya dan merusak perekonomian
Adalah penting bahwa para pembuat kebijakan melihat perdagangan sebagai aktivitas yang diperlukan dan diinginkan sosial dilakukan dalam lingkungan risiko.
Studi sistem pemasaran ternak di Afrika, pada kenyataannya, menunjukkan bahwa pasar sering tampil baik ketika dibiarkan pengusaha swasta. Hal ini umumnya direkomendasikan bahwa pemerintah memainkan memfasilitasi daripada peran langsung di pasar. Intervensi regulasi harus dibatasi. Intervensi yang tepat sehingga tidak langsung di alam dan memiliki tiga tujuan umum:
1.      untuk memperbaiki infrastruktur pasar
2.      untuk meningkatkan informasi  kelembagaan.
3.      untuk memperbaiki infrastruktur  kelembagaan









SEJARAH EPIDEMIOLOGI

SEJARAH EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi, sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan  dengan ilmu kedokteran karena  kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia, patologi, mikrobiologi dan genetika.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok  individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin   lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi,  budaya dan statiska.   
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah  kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma bahwa  penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan  variolasi, Abad ke 5 SM muncul  Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi  karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II  disusul perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu melakukan  riset tentang  masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1.      Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2.      Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3.      Penularan penyakit
4.      Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup  sekurang-kurangnya 3 elemen, yakni :
  1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
  1. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
  1. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

Referensi :
  1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
  2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
  3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
  4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006
Referensi kaitan
Indan Entjang ( 1979 ). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Penerbit Alumni
Azrul Azwar ( 1999 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Aksara.
Bhisma Murti ( 2003 ). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.



DIABETIK KETOASIDOSIS

DIABETIK KETOASIDOSIS
Tingkat kegawatan berdasarkan gizi: Level 3
Diabetik ketoasidosis adalah kondisi medis darurat dengan angka kematian 5-15%. Cadangan alkali yang menurun akibat infeksi, sangat sedikitnya insulin, demam, kehamilan, stres, trauma, resistansi insulin, kurangnya aktivitas, atau terlalu banyak makan. Gejala awal diabetik koma, gejala dan tanda meliputi haus yang sangat hebat, mual dan muntah, penglihatan kabur, sulit bernapas dan napas bau aseton, gatal, poliuria, kulit panas/kering dan kemerahan, kram, kejang, dan mengantuk. Hiperketonemia dari diabetik ketoasidosis merupakan metabolik asidosis sederhana.
Objektif
1. Usahakan hiperglikemia dan glukosuria turun. Berikan insulin. Pengawasan teratur sangat dibutuhkan. Untuk IDDM ( insulin-dependent diabetes mellitus), dokter di kontak/ diberitahu jika glukosa darah sudah turun
2. Ganti kehilangan elektrolit dan cairan.
3. Lakukan promosi kembali agar kembali ke kondisi semula, karena pasien mungkin dalam kondisi yang buruk untuk beberapa hari setelah asidosis.
4. Kontrol faktor- faktor presipitasi/pencetus, seperti pembedahan, miokard infark, atau trauma.
5. Cegah komplikasi, seperti shock.
Diet dan rekomendasi gizi
1. Jika pasien dalam keadaan koma, maka berikan insulin, elektrolit, dan cairan lewat intravena.
2. Selama pengobatan, berikan larutan glukosa 5% saat glukosuria dan hiperglikemia turun. Jika glukosuria dan hiperglikemia tidak turun coba berikan teh dan kaldu asin.
3. Secepatnya berikan diet biasa, namun perlu pemantauan
Profil/ pemeriksaan
1. Tinggi badan 17. Tekanan rendah (sering rendah)
2. Berat badan 18. Tachycardia
3. Berat ideal 19. Muka kemerahan
4. BUN (blood urea nitrogen) 20. Asam urat (meningkat)
5. pH darah 21. Trigliserida
6. ukuran tubuh 22. Aspartat aminotransaminase
7. mual dan muntah (meningkat)
8. Diare 23. Alanin aminotransferase, asam laktat
9. Ka:Na (menurun) dehidrogenase (meningkat)
10. Cl (menurun) 24. Temperatur
11. Tes hemoglobin Ac 25. HCO₃
12. Amilase (meningkat) 26. Bikarbonat <15 mmol/L
13. Glukosa (350-760 mg/dL) 27. Pospat (menurun)
14. Tekanan darah (sering rendah) 28. Kolesterol (meningkat)
15. Tekanan parsial CO₂ 29. Intake dan output
16. Aseton (meningkat) 30. Magnesium
17. pH dibawah 7,3
Pembelajaran pasien
1. menjelaskan peranan dari makanan selama kekurangan insulin dan infeksi
2. Menjelaskan aturan perawatan dalam menurunkan glukosa darah.
3. Disarankan adanya serat yang adekuat dalam diet pasien
4. Hati- hati dengan efek somogyi, diskusikan.
5. Waktu, snack, konsumsi berlebihan saat makan, makanan tinggi lemak, seismen insulin, ddan stres dapat menyebabakan hiperglikemia. Diskusikan.


BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Latar Belakang
Sejak pertengahan abad ke 20 ini, peranan bahan tanbbahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet menjadi semakin pennting sejalan dengan kemajuan tekhnologi produksi bahan tambahan pangan sintetis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif muraah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu.
Kita hidup dalam masyarakat menjadi sadar akan gizi dan sadar untuk menjadi konsumen yang baik. Dewasa ini masayarakat bukan hanya tertarik pada aspek apakah bahan memberikan cita rasa enak, apakah anak-anak mau menikmati pangan yang disajikan, tetapi lebih dari itu masayrakat lebih tertarik pada hal-hal apakah bahan pangan yang dikonsumsi itu baik untuknya dan komponen apa saja yang terdapat di dalamnya.

Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud tekhnologi pada pembutan, pegolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.
Didalam peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud tekhnologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Menurut Winarno 1980 BTP atau ´food additive´ yang digunakan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut, tidak mengurangi zat-zat essensial dalam makanan, dapat mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan, dan menarik bagi konsumen dan tidak merupakan penipuan.
apabila dilihat dari asalnya, bahan tambahan pangan dapat berasal dari sumber alamiah seperti, lesiti, asam sitrat, dan lain sebagainya. Bahan ini juga dapat disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat metabolismenya, misalnya betakaroten dan asam askorbat. Pada umumnya bahan sintesis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil dan lebih murah, tetapi ada pula kelemahannya yaitu, sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
Fungsi Penggunaan BTP
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah umum digunakan namun sering terjadi kontroversi karena banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan serta melebihi dari dosis yang diizinkan dalam industri. Secara khusus tujuan penggunaan BTP dalam pangan adalah untuk:
1. Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.
2. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut.
3. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik
4. Meningkatkan kualitas pangan.
5. Menghemat biaya.
Berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pangan, pengelompokan BTP yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut:
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
Contoh pewarna sintetik adalah amaranth, indigotine, dan nafthol yellow.
2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hamper tidak memiliki nilai gizi. Contohnya adalah Sakarin, Siklamat dan Aspartam.
3. Pengawet yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat terjadinya fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Contohnya: asam asetat, asam propionat dan asam benzoat.
4. Antioksidan yaitu BTP yang dapat memghambat atau mencegah proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan. Contohnya adalah TBHQ (tertiary butylhydroquinon).
5. Antikempal, yaitu BTP yang dapat mencegah menggumpalnya makanan serbuk, tepung atau bubuk.contohnya adalah: kalium silikat.
6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu BTP yang dapat memberikan, menembah atau mempertegas rasa dan aroma. Contohnya Monosodium Glutamate (MSG).
7. Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar), yaitu BTP yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat asam makanan. Contohnya agar, alginate, lesitin dan gum.
8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan. Contohnya adalah asam askorbat dan kalium bromat.
9. Pengemulsi, pemantap dan pengental, yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan system disperse yang homogen pada makanan.
10. Pengeras yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contohnya adalah kalsium sulfat, kalsium klorida dan kalsium glukonat.
11. Sekuestan, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang terdapat dalam makanan, sehingga memantapkan aroma, warna dan tekstur. Contohnya asam fosfat dan EDTA (kalsium dinatrium edetat).
12. BTP lain yang termasuk bahan tambahan pangan tapi tidak termasuk golongan diatas. Contohnya antara lain: enzim, penambah gizi dan humektan.
Jadi dapat kita ketahui banyak jenis BTP yang dapat digunakan secara legal. Namun pada kenyataannya masih banyak para produsen makanan yang menggunakan bahan additive terlarang pada makanan terutama makanan kecil.
Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan menurut PerMenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, sebagai berikut :
1.      Natrium tetraborat (boraks)
2.      Formalin (formaldehyd)
3.      Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)
4.      Kloramfenikol (chlorampenicol)
5.      Kalium klorat (pottasium clorate)
6.      Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate, DEPC)
7.      Nitrofuranzon (nitrofuranzone)
8.      P-Phenetil Karbamida (p-Phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)
9.      Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt)
Sedangkan menurut Menteri Kesehatan RI nomor 1168/Menkes/PER/X/1999, selain bahan tambahan diatas masih ada tambahan kimia yang dilarang seperti Rhodamin B (Pewarna merah, methanyl yellow (pewarna kuning), Dulsin (pemanis sintetis) dan kalsium bromat (pengeras).
Klasifikasi BTP
1 Bahan Pengawet
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan makanan, BTP pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Jenis bahan pengawet
1.      Zat pengawet anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen peroksida, nitrat dan nitrit. Selain sebagai pengawet sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil. Hasil reaksi itu akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sulfur dioksida berfungsi sebagai anti oksidan dan meningkatkan daya kembang terigu.
Garam nitrat dan nitrit digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba seperti clostridum botulinum.
2.      Zat pengawet organik
Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet adalah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoxida.
Tujuan penggunaan bahan pengawet
Secara umum penambahan pengawet pada penambahan bahan pangan bertujuan sebagai berikut :
1.      Menghambat mikroba pembusuk pada pangan, baik yang bersifat patogen maupun yang tidak bersifat patogen
2.      Memperpanjang umur simpan pangan
3.      Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau bahan pangan yang diawetkan
4.      Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah
5.      Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan
6.      Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan
2 Pewarna Bahan Pangan
Secara garis besar berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis
1.      Pewarna alami
Beberapa pewarna alami yang ikut menyumbangkan nilai nutrisi ( karotenoid, riboflavin dan kobalamin) merupakan bumbu (unir dan pabrika) atau pemberi rasa (karamel).
Beberapa bahan pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, antosianin, flavonoid, thanin, betalain, quinon dan santon serta karotenoid.
Tabel. Sifat-sifat bahan pewarna alami
Kelompok
Warna
Sumber
Kelarutan
Stabilitas
Karamel
Coklat
Gula dipanaskan
Air
Stabil
Antosianin
Jingga, merah, biru
Tanaman
Air
Peka thd panas dan pH
Flavonoid
Tanpa kuning
Tanaman
Air
Stabil thd panas
Leukoantosianin
Tidak berwarna
Tanaman
Air
Stabil thd panas
Tanin
Tidak berwarna
Tanaman
Air
Stabil thd panas
Batalain
Kuning dan merah
Tanaman
Air
Sensitif thd panas
Quinon
Kuning-hitam
Tanaman bakteria lumut
Air
Stabil thd panas
Xanton
Kuning
Tanaman
Air
Stabil thd panas
Karotenoid
Tanpa kuning-merah
Tanaman/hewan
Lipida
Stabil thd panas
Klorofil
Hijau, coklat
Tanaman
Lipida dan air
Stabil thd panas
Heme
Merah, coklat
Hewan
Air
Stabil thd panas


2.      Pewarna sintesis
Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam bahan pangan disebut sebagai Permittet Colour atau Certified Colour. Proses sertifikasi meliputi pengujian kimia, biokimia, toxikologi dan analisis media terhadap zat warna tersebut.
Pewarna
Batas Max Penggunaan
Amaran
Amaranth:CI food red 9
Secukupnya
Biru berlian
Brililiant blue FCF:CI
Secukupnya
Eritrosin
Food red 2 eritrosin: CI
Secukupnya
Hijau FCF
Food red 14 fast green FCF:CI
Secukupnya
Hijau S
Food green 3 green S:CI.food
Secukupnya
Indigotin
Green 4 indigotin:CI food
Secukupnya
Ponceau 4R
Blue I ponceau 4R:CI
Secukupnya
Kuning
Food red 7
Secukupnya
Kuinelin
Quineline yellow CI.food yellow 13
Secukupnya
Kuning FCF
Sunset yellow FCF CI. Food yellow 3
Secukupnya
Riboflavina
Riboflavina
Secukupnya
Tatrazine
Tatrazine
Secukupnya

Pemakaian bahan sintetis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi konsumen dan produsen diantranya dapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengemabalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan juga mempunyai dampak negatif bila :
a.       Dimakan dalam jumlah kecil namun berulang
b.      Dimakan dalam jangka waktu lama
c.       Daya tahan tubuh yang berbeda-beda
d.      Pemakaian secara berlebihan
e.       Penyimpanan yang tidak memenuhi syarat
3 Bahan Pemanis
Zat pemanis sintesi merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula (winarno, 1997).
Jenis Pemanis
Tanaman penghasil pemanis utama adalah tebu (saccharum officanarum L) dan bit (beta fulgaris L). Beberapa bahan pemanis yang sering digunakan adalah :
1.      Sukrosa                             6. D-Fruktosa
2.      Laktosa                             7. Sorbitol
3.      Maltosa                             8. Manitol
4.      Galaktosa                          9. Gliserol
5.      D-Glukosa                         10. Glisina
Pemanis sintesis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis terhadap bahan pangan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Contohnya :
1.      Sakarin                              4. Dulsin
2.      Siklamat                            5. Sorbitol sintesis
3.      Aspartam                           6. Nitro-propoksi anilin
Tujuan penggunaan pemanis sintesis
1.         Sebagai pangan bagi penderita diabetes melitus, karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah
2.         Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan
3.         Sebagai penyalut obat
4.         Menghindari kerusakan gigi pada industri
5.         Menekan biaya produksi
4 Penyedap Rasa dan Aroma
Penyedap rasa dan aroma adalah bahan tambahan pangan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma (menkes RI, 1988).
Tujuan penggunaan :
1.         Merubah aroma hasil olahan
2.         Modifikasi pelengkap atau penguat aroma
3.         Menutupi atau menyembunyikan aroma yang tidak disukai
4.         Membentuk aroma baru atau menetralisir bahan pangan
Jenis bahan penyedap
1.      Penyedap alami
a.    Bumbu, herba dan daun
Contoh bumbu : merica, kayu manis, pala, jahe dan cengkeh
Contoh herba (sebangsa rumput) dan daun    : sereh, daun pandan, daun     salam, rosemari, oregano, tarragon dan marjoran
b.    Minyak esensial dan turunannya
Minyak esensial dihasilkan dari bagian-bagian tanaman seperti bunga (minyak neroli), tunas (cengkeh), biji (merica, ketumbar, adas), buah (limau), dsb.
c.    Oleoresin
Dibuat dari proses perkolasi zat pelarut yang bersifat volatil terhadap bumbu atau herba yang telah digiling
d.   Isolat penyedap
Untuk mendapatkan penyedap alami dapat dilakukan isolasi komponen yang terdapat dalam bahan yaitu dengan memisahkan masing-masing zat penyedap aroma, contohnya isolasi minyak esensial tanaman dengan cara destilasi, kristalisasi dan ekstraksi.
e.    Penyedap dari sari buah
Sari  buah sebagian besar adalah air, mempunyai komponen aroma asam, warna dan bahan padat seperti gula, pektin dan mineral.
f.     Eksrak tanaman dan hewan
Contoh     : ekstrak kopi, coklat, vanili dan sebagainya
2.      Penyedap sintesis
Beberapa komponen penyedap sintesis berperan sebagai penguat aroma pada penyedap alami, contoh asetel dehida.
Contoh penyedap sintesis yang memberikan aroma etil butirat atau etil 3 hidroksi butirat dapat memberikan aroma anggur.
Contoh bahan aromatik kimia sebagai penyedap yaitu eter, asam, alkohol, keton, lakton, merkaptan, dll.
5 Antikempal
Antikempal adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah mengempalnya pangan berupa serbuk dan tepung.
Jenis antikempal :
1.         Garam stearat
2.         Kalsium fosfat
3.         Natrium ferosianida
4.         Magnesium oksida
5.         Garam-garam asam silikat
6 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat oksidasi di dalam bahan pangan. Penggunaan antioksidan yaitu pada lemak hewani, minyak nabati, produk lemak tinggi, produk daging, produk ikan, dll.
Jenis antioksidan :
1.         Asam askorbat
2.         Asam eritrobat
3.         Askorbil palmitat
4.         Askorbil stearat
5.         Butil hidroksianisol (BHA)
6.         Butil hidroksitoluen
7.         Dilauril tiodipropionat
8.         Propilgalat
9.         Timah 2 klorida
10.     Alpatokoferol
7 Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Pengemulsi adalah suatu bahan yang dapat mengurangi kecepatan tegangan permukaan dan tegangan dua fase yang dalam keadaan normal tidak saling melarutkan, menjadi dapat bercampur dan selanjutnya dapat membentuk emulsi.
Contoh pengemulsi, pemantap dan pengental :
Nama Bahan Tambahan Pangan
Jenis Bahan Pangan
Agar
Es krim, yoghurt, keju olahan, sardin, kaldu
Amonium alginat
Es krim
Asam alginat
Sardin, keju
Asetil dipati adipat
Yoghurt, kaldu
Asetil dipati fosfat
Sda
Asetil dipati gliserol
Es krim, sardin, sayur kalengan, pangan bayi
Dekstrin, pati gosong, putih dan kuning
Es krim, yoghurt, keju, kaldu
Dikalsium fosfat
Keju, susu evaporasi, SKM, krim, susu bubuk
Dinatrium bifosfat
Keju

8 Pengatur Keasaman
Pengatur keasaman merupakan senyawa kima yang bersifat asam dan merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan dengan berbagai tujuan.
Macam-macam pengatur keasaman :
1.         Aluminium amonium sulfat
2.         Amonium bikarbonat
3.         Asam fosfta
4.         Asam klorida
5.         Asam laktat
6.         Asam sitrat
7.         Kalium bikarbonat
8.         Kalium karbonat
9.         Natrium sitrat
10.     Natrium karbonat, dll
9 Pemutih, Pematang Tepung dan Pengeras
Adalah bahan tambahan pangan yang digunakan pada bahan tepung dan produk olahannya dengan maksud karakteristik warna putih yang bermutu baik tetap terjaga.
Jenis pemutih, pematang, dan pengeras
1.      Pemutih dan pematang tepung
a.       Asam askorbat (vit C)
b.      Aseton peroksida
c.       Azodikarbonamida
d.      Kalsium steroil 2 laktilat, natrium stearil fumarat dan natrium stroil 2 laktilat
e.       L sistein
2.      Bahan pengeras
a.       Aluminium amonium sulfat
b.      Aluminium kalium sulfat
c.       Kalsium karbonat
d.      Kalsium klorida
e.       Kalsium sitrat
f.       Kalsium fosfat, dll
Cara Penggunaan Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :
1.      Dimaksudakan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan
2.      Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah
3.      Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan
4.      Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan